- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
-

ANDA mengenal nama-nama ini: Jesse James, Billy The Kid atau Gang Dalton dari Missouri, atau Butch Cassidy and The Sundance Kid? Untuk mengingatkan kembali, mereka adalah para legenda kejahatan pada era koboi Amerika yang spesialis melakukan perampokan. Merampok bank atau merampok kereta yang tengah membawa uang. Dan cerita mereka juga telah dibukukan dan di layarlebarkan.
Dalam buku Jesse James: Last Rebel of the Civil War karya T.J Stiles disebutkan, pasca perang sipil Amerika (1861-1865), bermunculanlah perampok spesialis bank seperti Jesse James dan Billy The Kid. Sepanjang 1865-1880 rata-rata ada empat sampai tujuh kali perampokan bank atau pembegalan uang di tengah jalan yang umumnya terjadi di jalur kereta. Ini membuat pemilik bank khawatir. Akhirnya, disewalah para koboi bayaran demi mengawal fulus dalam jumlah besar.
Upah pengawalan tersebut, bergantung pada nilai fulus yang dikawal. Semakin besar, semakin tinggi pula bayarannya. Rupanya pola manajemen risiko sudah diterapkan di sini. Kemudian seiring bersatunya Selatan dan Utara, kepolisian federal Amerika mulai mengambil peran resmi pengawalan. Biasanya lewat jasa sherif dan beberapa deputi. Tapi banyak juga tuan tanah atau pengusaha membuka jasa bermodel partikelir ini. Bukan sekadar pengawalan uang, berkembang juga pengawalan pribadi, properti hingga jasa detektif.
Sebaliknya di Inggris, jauh sebelum perang sipil di Amerika berkobar, ternyata bibit bisnis keamanan sudah tumbuh. Adalah Chubb Fire & Security yang kali pertama bergelut di bisnis keamanan dengan memproduksi gembok baja pada 1818. Chubb terus berkembang dan akhirnya dibeli perusahaan Amerika. Lalu pasca berakhirnya masa depresi ekonomi akhir 1960-an, Chubb mulai merambah bisnis pengawalan uang. Puluhan mobil van yang didesain khusus untuk pengamanan dipesan. Chubb juga melatih petugas-petugas pengantar cara memakai senjata.
Hampir bersamaan, tepatnya di awal 1990-an, perusahaan bidang keamanan pun menjamur. Bermacam perusahaan jasa keamanan kelas dunia lahir, ada G4S, KBR, ICTS Europe, hingga Certis CISCO, pemain lokal Singapura yang kini berkembang pesat.
Sekarang ada lima pemain besar dunia di bisnis keamanan, berturut-turut Brinks (AS) menguasai 19% pasar, G4S (Inggris) sebesar 15%, selanjutnya Loomis (AS) menguasai 12%, disusul Prosegur/SIS Cash Service (Spanyol) sebesar 8% dan GardaWorld (Kanada) sebesar 4%. Total pendapatan bersih kelima perusahaan itu Rp60,7 triliun per tahun dengan nilai uang pengawalan lebih dari Rp1.200 triliun per tahun di seluruh dunia.
Indonesia
Bisnis jasa keamanan mulai berkembang di Indonesia setelah terbit Peraturan Kapolri No 17 Tahun 2006 tentang Pedoman Pembinaan Badan Usaha Jasa Pengamanan. Poin penting peraturan itu diantaranya mengatur soal kegiatan kawal angkut uang dan barang berharga. Dijelaskan, kegiatan bisnis tersebut dapat dialihdayakan ke perusahaan keamanan yang memang memiliki layanan pengawalan uang.
Pertanyaan menariknya, seberapa besar pasar bisnis ini? Direktur PT Pandawa Cakra Persada (PCP), Oldy Sofyan Ali mengatakan, sangat besar dan masih terbuka peluang untuk tumbuh. Oldy memberi gambaran dengan cara menghitung jumlah ATM, kantor kas, kantor pembantu, dan kantor pusat seluruh bank di Indonesia.
“Setiap mesin ATM di kota besar setidaknya mesti diisi satu kali seminggu. Nah, hitung berapa jumlah ATM dikali isi ulang uangnya, dan setiap pengisian harus dikawal. Itu gambarannya,” terang Oldy.
Menurut Oldy tidak semua pengawalan uang dialihdayakan ke perusahaan keamanan. Banyak bank yang ternyata memakai tenaga keamanan sendiri dengan bantuan pengawalan dari Polri. “Jika semua pengawalan uang itu dialihdayakan ke perusahaan keamanan, maka saya yakin jumlah perusahaan keamanan yang ada sekarang tidak sanggup melayani permintaan,” ujar Oldy.
Data Kepolisian Negara RI menyebutkan, saat ini jumlah perusahaan keamanan tercatat 240 perusahaan, namun yang aktif hanya sekitar 80-an perusahaan. Dari jumlah tersebut yang memberikan layanan jasa pengawalan sekitar 20-an perusahaan. “Saya yakin yang aktif dari 20-an perusahaan itu, hanya beberapa saja,” kata Oldy.
Hitung-hitungan di atas kertas, jumlah ATM di seluruh Indonesia sampai akhir 2013 sekitar 48.500 unit dengan transaksi rata-rata Rp 157 juta per hari per ATM. Kapasitas rata-rata ATM saat ini memuat Rp 1 miliar uang tunai, sehingga ATM setidaknya mesti diisi sepuluh hari sekali, atau tiga kali dalam sebulan.
Jika dikali dengan jumlah ATM, maka angka lalu lintas hantaran uang yang terjadi mencapai 145.500 kali dalam sebulan. Oldy mengandaikan, misal dalam sekali hantaran biaya jasa kawalnya Rp 1 juta, akan didapat angka Rp 145,5 miliar per bulan atau Rp 1,7 triliun per tahun. “Kira-kira sebesar itulah pasarnya. Padahal jasa kawalnya kita hitung hanya Rp 1 juta per hantaran, lho. Soalnya di lapangan angkanya bisa lebih,” ujar Oldy.
Meski begitu, bisnis ini penuh risiko. Selain risiko akibat persaingan yang hebat, ada juga risiko fisik lantaran berhadapan langsung dengan ancaman perampokan. Salah-salah, nyawa pun melayang. Menurut Oldy, di lingkungan komunitas pelaku bisnis pengawalan uang, berlaku beban moral yang tinggi, yaitu kecolongan ‘angkutan’ merupakan kegagalan laknat yang seolah tak terampuni. “Meski kasusnya kemudian ditangani polisi, tetap saja ada rasa malu sampai diambil di tengah jalan.”
Kue Bisnis
Kue bisnis pengawalan uang kata Oldy, sebagian besar dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar yang mayoritas dikuasai asing. Dari segi fasilitas mereka sulit ditandingi lantaran memiliki modal besar. “Agar bisa bersaing, perusahaan keamanan memang butuh modal agak besar, karena terkait ketersediaan fasilitas layanan. Paling kasat mata adalah mobil angkut uang, semakin banyak punya, semakin terbuka peluang mendapatkan kontrak,” kata Oldy.
Perusahaan keamanan asing yang cukup tersohor diantaranya G4S (dulu Securicor), Armored, dan Certis Cisco. Sementara dari lokal juga ada tiga perusahaan ternama yakni TAG, Kejar, dan Nawangkara. Dari segi posisi, TAG termasuk agak lumayan karena jasanya dipakai sebagian besar bank nasional. Kejar dimiliki oleh Bank Indonesia (BI) dan fokus melayani pengawalan uang BI, sedangkan Nawangkara agak middle low di bawah dua perusahaan tersebut.
Meski begitu, perusahaan keamanan lokal tidak khawatir bisnisnya bakal redup. Jika segmen pengawalan uang dilahap perusahaan besar, maka kue jasa penyediaan tenaga sekuriti justru dikuasai mereka. “Biasanya, perusahaan keamanan lokal memiliki layanan di luar pengawalan uang. Kalau memang sulit bermain di situ, mereka bisa main dengan menyediakan personel keamanan untuk menjaga bank, gedung, kantor, atau aset properti lain,” tukas Oldy.
Bisnis Kepercayaan
Bisnis pengawalan uang tergolong bisnis kepercayaan. Jadi menjaga kepercayaan klien adalah hal vital. Satu rupiah saja duit yang dikawal melayang, kepercayaan hancur lebur. Karenanya, mematuhi SOP (Standart Operation Procedure) sangat penting. Dalam bisnis pengawalan uang, SOP bukan cuma skenario di atas kertas. Namun merangkap ‘surat jaminan’ untuk pihak asuransi. Sejatinya, semua unsur yang terkait pengawalan uang memang dijamin asuransi. Mulai dari uang itu sendiri, keamanan personel, sampai mobil pengangkutnya.
Nah, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, yang pertama kali dikulik asuransi adalah, apakah proses pengawalan uang itu sudah melalui SOP yang benar? Jika sudah, klaim asuransi akan cepat keluar, jika tidak, prosesnya berbelit-belit.
Minimal ada tiga syarat mutlak yang diajukan pihak asuransi, pertama setiap hantaran minimal dikawal dua orang satuan pengaman. Kedua, pengemasan dan pengepakan uang harus memenuhi standar kualitas yang memadai. Dan ketiga, perusahaan wajib memberitahukan secara tertulis dan berkala daftar dan nilai uang yang diangkut, spesifikasi alat angkut, surat jalan, bukti pengiriman dan rute perjalanan untuk setiap pengiriman.
“Jadi memang benar-benar bisnis ini bisnis kepercayaan, kita menjaga kepercayaan bank sekaligus harus mampu membuktikan kepercayaan itu kepada pihak asuransi,” tukas Oldy.
Di PT PCP tempat Oldy bekerja, semua hal yang terkait proses pengawalan diatur dalam SOP yang sangat detail. Misalnya, dari pintu mobil sebelah mana petugas kustodian bank harus turun jika terjadi perampokan di tengah jalan. Ada juga SOP yang mengatur soal tatacara mengangkut koper atau kantung uang. Kemudian siapa saja yang berhak masuk ke dalam ATM menemani kustodian. Semuanya diatur dalam SOP.
n Yayat Suratmo (http://goldbank.co.id/)
Komentar
Posting Komentar